Skip to main content

Gunung Mini Bernama Gunung Api Purba Nglanggeran

29-30 Juni 2013. Gunung yang terletak di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Gunung Kidul merupakan salah satu kawasan alam yang litologinya disusun materi vulkanik tua dan bernilai ilmiah tinggi. Berdasarkan penelitian, gunung api ini merupakan gunung berapi aktif sekitar 60 juta tahun lalu. 

“Sebenarnya apa sih yang kita cari? Bukan kah kasur di rumah jauh lebih empuk dari pada mendaki gunung seperti ini?” itu tadi pertanyaan teman saya ketika kami sedang dalam perjalanan mendaki Gunung Api Purba, Nglanggeran. Saya langsung menanggapi, “Karena kita terlalu jenuh pada hidup yang nyaman.” Jawaban saya bukan tanpa alasan, tapi pada kenyataannya itu lah jawaban yang paling tepat. Kami bisa saja jalan-jalan ke tempat yang lebih nyaman dengan medan yang lebih mudah dijangkau bukan dengan mendaki gunung seperti ini. Pendakian yang kami lakukan memang direncanakan secara mendadak yaitu sehari sebelum mendaki. Malamnya kami menyusun rencana dan Sabtu sorenya kami berangkat dari rumah pukul 17.00 WIB dengan jumlah 9 orang. Sore hari di kota Jogja memang Nampak mendung tapi kami memaksa pergi karena telah menyewa tenda dan menyiapkan makanan selama kami camping. Dengan jumlah 9 orang dan tidak tahu medan sama sekali, hanya bermodalkan google map, ternyata memang tidak jauh, sampai kawasan wisata sekitar pukul 19.00 karena ada dua orang teman kami, lebih tepatnya saya yang salah jalan. Sampai kawasan wisata kami membeli tiket seharga Rp 7.000,00/ orang. Ternyata Gunung Api Purba pada malam hari cukup banyak pengunjungnya, dari pos 1 kami hanya bermodalkan papan petunjuk arah dengan penerangan minim yaitu 3 senter. Sebagai pendaki pemula, medan yang kami tempuh tidak sulit dan tidak juga mudah, dengan bermodalkan air minum yang sedikit kami berusaha hemat, perjalanan mendaki kami memang sering berhenti karena fisik yang tidak kuat dari beberapa teman. Maklum pemula! J

Melalui bebatuan yang sempit dan barang bawaan yang banyak lumayan membuat perjalanan menjadi sangat lelah, ditambah embun yang sangat tebal. Sekitar pukul 21.00 kami sampai di puncak utama Gunung Api Purba, namun rombongan mengurungkan niat mendirikan tenda di puncak utama karena cuaca yang tidak mendukung, angin kencang dan embun yang tebal. Akhirnya kami berpindah tempat ke puncak kedua, ternyata banyak rombongan lain yang sudah mendirikan tendanya di sana, akhirnya kami memilih spot paling belakang untuk mendirikan tenda. Rombongan langsung mendirikan tenda, menyiapkan perapian, dan memasak nasi. Dasarnya pergi dadakan, selalu saja ada yang kurang, kami hanya menyiapkan dua botol air mineral untuk memasak sedangkan kami belum membersihkan beras dan masih ada sayur yang belum dimasak. Perapian kami tidak mau menyala karena angin yang kencang sedangkan persediaan arang dan ban bekas sangat minim dan beruntungnya kami, ayam yang akan kami bakar sudah di rebus di rumah sebelum berangkat, jadinya ketika api menyala kami tidak butuh waktu lama untuk membakarnya. Dan sialnya kami, nasi yang dimasak di kompor gas kecil yang kami bawa tidak kunjung masak. Alhasil kami makan beberapa jam kemudian, dengan perut keroncongan, masakan yang tidak nyaman pun terasa nyaman dan masakan kami habis. Satu lagi kebodohan kami (dibaca: beberapa teman saya) yaitu memasak air hangat bekas memasak nasi, karena persediaan air yang kurang dan kami tidak tahu lokasi mata air akhirnya kami meaksa diri memasak kopi dikuali bekas memasak nasi. Akhirnya seorang teman berujar, “Kita ini ke gunung kok malah bawa makanan enak ya, orang kalo ke gunung itu bawa makanan instan bukan yang merepotkan seperti ini.” Ini benar-benar kebodohan!Selesai makan ditemani cuaca dingin, suasana tenang, bintang-bintang di langit dan lampu-lampu rumah warga yang tidak kalah seperti bintang, kami bermain gitar, bermain kartu dan bercengkerama satu sama lain yang pada akhirnya diisi dengan sesi curhat. Ternyata masalah hati masih dibawa-bawa sampai ke gunung, padahal maksudnya, jauh-jauh ke gunung itu menghindari masalah hati. Tapi endingnya tetap saja curhat sampai pukul 03.00, tidak semuanya memang, hanya orang-orang yang terserang penyakit hati (dibaca: galau). 

Bangunnya kami langsung disajikan sunrise yang benar-benar indah dan tentunya pemandangan yang sangat keren. Tentu saja yang tidak pernah ketinggalan yaitu sesi foto-foto, sesi terpenting. Setelah sesi foto-foto kami memanggang ayam, ayamnya ajaib karena dipanggang di atas kompor gas. Setelah makan kami akhirnya beres-beres dan pulang. “Masih kepengen di sini,” ujarku. Suasana gunung memang menjanjikan ketenteraman hati. Sekarang udah paham kenapa anak pecinta alam lebih milih malam mingguan di gunung dari pada sama pacarnya, ternyata pacaran sama "alam" itu jauh lebih damai, lebih bebas dan pastinya lebih bahagia. Pergi bermodalkan nekat dan tanpa rencana kadang menjadi sangat menyenangkan. Bagi kamu yang belum pernah datang kemari dan berniat ke Gunung Api Purba Nglanggeran, jangan hanya main sehari saja, kalo bisa camping, kamu bisa lihat sunset dan sunrise. Satu lagi kalo datang kemari tetap jaga sikap, jaga ekosistem yang ada di dalamnya dan tentu saja jangan buang sampah sembarangan.


Kita bakar-bakar ayam untuk pendakian 




Selamat pagi Gunung Api Purba




Makan ayam tanpa nasi pemirsa!



Narsis dulu dong :) 



Pemandangan selama turun dari Gunung Api Purba


Comments

  1. katanya pecinta alam... sampah plastik berceceran dimana-mana..

    ReplyDelete
  2. baru selesai masak itu mas, sampahnya kami bawa turun. pecinta alam kan harus bertanggung jawab.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Live On Board: Keindahan Gili Lawa Darat

Live On Board: NTB - Pulau Komodo #Explore Komodo Day 3 Pagi menjelang, kapal yang kami tumpangi memang sudah bersandar di tepi Gili Lawa Darat dari malam. Tentu saja agar bisa tracking pagi-pagi. Pagi ini kami dan rombongan akan pergi pagi-pagi sekali untuk melihat Gili Lawa Darat dari ketinggian. Tentu saja tidak tinggi, tapi cukup buat ngos-ngosan. Jangan lupa bawa minum jika kalian tidak biasa mendaki. Gili Lawa Darat menjadi salah satu pilihan bagi wisatawan yang ingin mengexplore Kepulauan Komodo. AMAZING, itu kata yang tepat untuk menggambarkan keindahan Gili Lawa Darat. Pergi ke Kepulauan Komodo memang pilihan yang tepat untuk menikmati liburan.

BACKPAKER? SIAPA TAKUT!

Desa Todo, Kabupaten Ruteng, NTT. Memutuskan pergi ke suatu destinasi dan menyesuaikannya dengan budget merupakan hal yang susah-susah gampang. Meskipun tidak perlu banyak uang untuk pergi travelling, minimal orang yang mau bepergian harus bisa mencukupi kebutuhannya selama perjalanan. Berdasarkan pengalaman perjalanan saya. Pilihan jatuh pada tanah NTT (Nusa Tenggara Timur). Banyak destinasi yang bisa dikunjungi di wilayah timur Indonesia. Tapi tidak sedikit juga budget yang diperlukan selama perjalanan menuju timur. Apalagi banyak kalangan pejalan tanah air yang bilang bahwa “Liburan di Indonesia jauh lebih mahal dibandingkan liburan ke luar negeri.” Masa iya sih? Terus gimana dong? Danau Tiga Warna, Tamana Nasional Kelimutu. Kalo ditanya butuh banyak uang nggak sih buat jalan-jalan ke NTT? Butuh banget, terkadang banyak biaya tak terduga yang keluar. Kecuali kamu tipe orang yang bisa nahan diri dari godaan wisata kuliner atau belanja oleh-oleh. Uang “banyak” itu udah

Live on Board: Melihat Komodo di Pulau Komodo

Live On Board: NTB - Pulau Komodo #Explore Komodo Day 4 Setelah kami dari Pulau Rinca, maka rute berikutnya yaitu ke Pulau Komodo. Karena saya menggunakan tour travel maka saya sudah tidak perlu membayar untuk tiket masuk. Jika kalian ingin berwisata ke Kepulauan Komodo, sangat saya sarankan mengikuti tour travel. Sekarang ini sudah banyak pilihan untuk tour travel dan harganya pun bervariasi.    Tour travel yang saya gunakan yaitu,   https://www.wanuaadventure.net/ Jika ingin merasakan sailing, saya sangat menyarankan menggunakan jasa mereka. Karena di kapal, kalian bisa bertemu dengan turis mancanegara. Ketika kami pergi, hanya ada 4 orang turis lokal termasuk saya. Jadi jika kalian ingin mencari banyak teman dari berbagai negara maka saya sangat menyarankan kalian untuk menggunakan jasa tour travel ini. Di Pulau Komodo kalian akan diajak untuk treeking, ada 3 jalur pilihan. Jalur panjang, sedang dan pendek. Rombongan kami melalui jalur sedang. Tidak terlalu