Skip to main content

Kompleks Candi Gedongsongo: Kedamaian di Kaki Gunung Ungaran

“Bangsa yang besar adalah bangga yang tidak melupakan sejarahnya,” kutipan tersebut pernah di katakan oleh Bung Karno ketika pidato hari pahlawan. Selain kekayaan alam seperti minyak, hutan, emas, dll, Indonesia juga kaya akan sejarah. Bukan hanya sejarah akan penjajahan atau pun kemerdekaan, tetapi juga sejarah mengenai bangunan yang ada di Indonesia. Salah satu yang tidak bisa kita tinggalkan begitu saja yaitu candi. Candi merupakan salah satu bangunan bersejarah yang dimiliki dan harus dilestarikan agar tidak punah.

Salah satu candi yang menarik untuk dikunjungi yaitu Candi Gedongsongo di lereng Gunung Ungaran di Desa Darum, Kelurahan Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Kompleks Candi Gedongsongo terletak pada ketinggian 1200 mdpl. Gedongsongo berasal dari Bahasa Jawa, Gedong (rumah) dan Songo (sembilan) dan berarti sembilan (kelompok) bangunan. Apakah ini berarti bahwa di kompleks tersebut sejak awal terdiri dari Sembilan kompleks atau memiliki arti lain belum dapat dijawab. Tetapi pada saat ini pengunjung hanya dapat melihat lima kompleks bangunan, sedangkan empat yang lainnya hanya berupa puing-puing. Menurut sejarah, arca-arca dewa di kompleks Candi Hindu yang dibangun sekitar abad VIII M ini, yang dapat dijumpai adalah Durga (istri Siwa), Ganesha (anak Siwa) dan Agastya (seorang resi yang memiliki kemampuan spiritual setara dengan dewa), serta pengawal Dewa Siwa yaitu Nandiswara dan Mahakala yang bertugas sebagai penjaga pintu Candi Hindu.

Dari Kota Semarang, perjalanan dapat ditempuh kurang lebih 2 jam untuk sampai ke pintu utama Candi Gedongsongo. Cuaca dingin dan pengunjung yang cukup ramai di awal pekan menyambut kedatangan saya. Untuk tiket masuk yaitu sebesar Rp 6.000/orang pada hari biasa. Di tempat wisata, harga selalu bervariasi, untuk hari libur harga menjadi Rp 7.000/ orang, sedangkan untuk turis mancanegara Rp 50.000/orang baik hari biasa maupun hari libur. Masuk pintu utama saya langsung ditawari oleh beberapa orang untuk menggunakan jasa kuda mereka. Ada dua rute yang dapat dipilih untuk menyusuri bangunan tersebut, pertama dengan berjalan kaki sepanjang 4 km dengan jalan yang curam dan bebatuan dari candi 1 sampai candi V, kedua dengan menunggang kuda dengan rute yang sebaliknya. Saya memilih berjalan kaki dengan pertimbangan lebih irit biaya karena untuk menyewa kuda harus membayar Rp 40.000/ orang.


Dari gerbang memang sudah terlihat candi-candi yang berderet dari bawah hingga ke atas, candi kecil yang menyimpan misteri, keanggunan dan kedamaian. Langit biru menambah keanggunan candi-candi tersebut. Ibu-ibu menjajakkan makanan dan minuman yang mereka jual, di sepanjang jalan disediakan warung untuk beristirahat. Bau tajam belerang di antara Candi Gedong IV dan Gedong V menarik perhatian saya untuk menikmatinya, selain itu tersedia kolam renang hangat untuk para pengunjung. Dari atas lereng Ungaran tepatnya di candi V terlihat gugusan pegunungan Sindoro, Sumbing, Merbabu dan Telomoyo semakin menambah indahnya pemandangan. Sekarang saya berada di dunia di mana manusia dan alam benar-benar dapat bersatu, yaitu candi di lereng gunung. Namun dibalik kedamaian Candi Gedongsongo, saya menyimpan sedikit kekecewaan karena masih ditemukannya coretan di bangunan-bangunan candi. Tentu saja ini ulah pengunjung yang tidak peduli dengan bangunan tersebut. Tidak peduli dengan sejarah bangsanya. Padahal yang saya tahu, pemugaran bangunan sejarah tidak akan berjalan dengan baik jika tidak didukung oleh pengunjung itu sendiri.


Jasa penyewaan kuda yang ditawarkan kepada para pengunjung


Bangunan depan Candi I yang masih berdiri kokoh


Jalur pejalan kaki yang disediakan untuk wisatawan 


Warga di sekitar candi berjualan di warung yang telah disediakan


Ajakan untuk para wisatawan untuk tetap menjaga benda cagar budaya di Candi Gedongsongo


Bangunan Candi IV


Belerang di kaki Gunung Ungaran dari kejauhan


Pemandangan alam dari atas Candi V


Salah satu bangunan candi yang mengalami pemugaran


Bangunan bersejarah dipadukan dengan alam yang masih hijau membawa kedamaian di kaki Gunung Ungaran


Masih ditemukannya coretan di bangunan Candi V yang dilakukan oleh pihak wisatawan 


Pintu gerbang memasuki Candi Gedongsongo

Comments

Popular posts from this blog

Live On Board: Keindahan Gili Lawa Darat

Live On Board: NTB - Pulau Komodo #Explore Komodo Day 3 Pagi menjelang, kapal yang kami tumpangi memang sudah bersandar di tepi Gili Lawa Darat dari malam. Tentu saja agar bisa tracking pagi-pagi. Pagi ini kami dan rombongan akan pergi pagi-pagi sekali untuk melihat Gili Lawa Darat dari ketinggian. Tentu saja tidak tinggi, tapi cukup buat ngos-ngosan. Jangan lupa bawa minum jika kalian tidak biasa mendaki. Gili Lawa Darat menjadi salah satu pilihan bagi wisatawan yang ingin mengexplore Kepulauan Komodo. AMAZING, itu kata yang tepat untuk menggambarkan keindahan Gili Lawa Darat. Pergi ke Kepulauan Komodo memang pilihan yang tepat untuk menikmati liburan.

BACKPAKER? SIAPA TAKUT!

Desa Todo, Kabupaten Ruteng, NTT. Memutuskan pergi ke suatu destinasi dan menyesuaikannya dengan budget merupakan hal yang susah-susah gampang. Meskipun tidak perlu banyak uang untuk pergi travelling, minimal orang yang mau bepergian harus bisa mencukupi kebutuhannya selama perjalanan. Berdasarkan pengalaman perjalanan saya. Pilihan jatuh pada tanah NTT (Nusa Tenggara Timur). Banyak destinasi yang bisa dikunjungi di wilayah timur Indonesia. Tapi tidak sedikit juga budget yang diperlukan selama perjalanan menuju timur. Apalagi banyak kalangan pejalan tanah air yang bilang bahwa “Liburan di Indonesia jauh lebih mahal dibandingkan liburan ke luar negeri.” Masa iya sih? Terus gimana dong? Danau Tiga Warna, Tamana Nasional Kelimutu. Kalo ditanya butuh banyak uang nggak sih buat jalan-jalan ke NTT? Butuh banget, terkadang banyak biaya tak terduga yang keluar. Kecuali kamu tipe orang yang bisa nahan diri dari godaan wisata kuliner atau belanja oleh-oleh. Uang “banyak” itu udah

Live on Board: Melihat Komodo di Pulau Komodo

Live On Board: NTB - Pulau Komodo #Explore Komodo Day 4 Setelah kami dari Pulau Rinca, maka rute berikutnya yaitu ke Pulau Komodo. Karena saya menggunakan tour travel maka saya sudah tidak perlu membayar untuk tiket masuk. Jika kalian ingin berwisata ke Kepulauan Komodo, sangat saya sarankan mengikuti tour travel. Sekarang ini sudah banyak pilihan untuk tour travel dan harganya pun bervariasi.    Tour travel yang saya gunakan yaitu,   https://www.wanuaadventure.net/ Jika ingin merasakan sailing, saya sangat menyarankan menggunakan jasa mereka. Karena di kapal, kalian bisa bertemu dengan turis mancanegara. Ketika kami pergi, hanya ada 4 orang turis lokal termasuk saya. Jadi jika kalian ingin mencari banyak teman dari berbagai negara maka saya sangat menyarankan kalian untuk menggunakan jasa tour travel ini. Di Pulau Komodo kalian akan diajak untuk treeking, ada 3 jalur pilihan. Jalur panjang, sedang dan pendek. Rombongan kami melalui jalur sedang. Tidak terlalu